Kamis, 12 April 2012

Charlie Gerwyn: Saya Kristen, Apa Boleh Shalat ?

Charlie Gerwyn: Saya Kristen, Apa Boleh Shalat ?

Monday, 05/03/2012 16:05 WIB | Arsip | Cetak
Tak biasanya ada lelaki yang sudah dewasa berdiri di depan tangga pintu masuk masjid Raya Batam membagi bagikan brosur.Apalagi saat saat hendak shalat jumat dilaksanakan.
Biasanya yang membagai-bagikan brosur itu adalah perempuan, kalaupun ada lelaki mereka tak berdiri menghadang pengunjung masjid di depan tangga tetapi disebelah luar pagar.
Sembari senyum pria 18 tahun yang kuliah di Universitas Internasional Batam itu menyodorkan selembar brosur kepadaku. Kutatap wajahnya, putih bersih , matanya rada sipit. Kuterima selebaran yang disodorkannya kepadaku tadi, dia menjelaskan bahwa itu adalah brosur ajakan begabung menjadi nasabah dari sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang cukup berkembang di Batam.
“Kenapa belum siap-siap shalat” tanyaku kepadanya.Karena hanya dia seorang yang masih berdiri di depan tangga masuk kedalam masjid itu.
“Saya Kristen pak” jawabnya. Kutanya namanya, dan asalnya. Kuajak dia shalat.
“Memang boleh pak” demikian Charlie nama pemuda asal Pontianak itu balik bertanya.
“Ya boleh saja ” jawabku .
Terlihat rada kaget Chrlie menatap wajahku dan berkata : “Saya gak bisa wuduk pak” .
ini malah giliranku yang terkesima , saat Charlie menyebut kata wuduk, salah satu syarat untuk mendirikan shalat itu.
“Ya udah bapak ajari” jawabku lagi. Charlie menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Tangannya kuraih kusalami pemuda keturunan Tionghoa ini, saat kutanyakan apakah dia juga bersedia memeluk Islam.
Tak ada keraguan sedikitpun terlihat di wajahnya. “Mau pak” jawab Charlie.
Kami pun bergegas melangkah ke ruang wuduk, kuajak dia untuk istinjak. Ternyata sejak kecil Charlie sudah di Khitan. Tas panggul hitam masih tetap tersandang dipundaknya, Charlie memperhatikanku mengambil wuduk, meskipun itu agaknya pertama kali dia berwuduk, Charlie tak canggung melaksanakannya.
Selesai berwuduk, sambil berjalan di koridor lantai dasar masjid, Ia menjelaskan sewaktu dulu sekolah di Pontianak melihat orang berwuduk dan shalat adalah hal yang biasa dilihatnya.
Charlie berlari-lari kecil mengikuti langkahku, tujuanku tak lain adalah hendak memakai ruang Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk segera mensyahadatkan Charlie. Alangkah baiknya pikirku sebelum ikut shalat jumat Ia sudah mengucapkan syahadat. Lagian disitu biasanya ada beberapa orang petugas amil zakat yang kuharapkan bisa menjadi saksinya.
Suara petugas masjid membacakan pengumuman adalah pertanda sebentar lagi azan akan berkumandang, kutarik dan kuraih lagi tangan Charlie agar lebih cepat berjalan.
Terlihat olehku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Batam, ustadz KH Usman Akhmad duduk dengan beberapa orang di dalam kantornya. Dengan mengucapkan salam berdua kami masuk keruangan MUI itu. Kuminta pak Kiyai demikian kami memanggilnya untuk mensyahadatkan Charlie.
Dengan disaksikan orang – orang yang berada diruangan itu termasuklah khatib undangan yang akan berkhotbah pada tengah hari itu.Tengah hari itu juga Jumat (2/3), 10 menit sebelum dilaksanakan shalat jumat, Charlie Gerwyn mengucapkan duakalimat syahadat. Charlie dengan lancar mengucapkan duakalimat syahadat tanpa diulang.
Semua hadirin diruangan itu menyalamai Charlie, setelah doa dibacakan.
Kami bergegas kembali ke ruang utama, kutanyakan kepada Charlie, dimana dia belajar syahadat. Kibisikkan lagi kepada Charlie, nanti saat shalat ikuti saja dulu gerak apa yang dilakukan orang yang ada disebelahnya.
Selepas shalat, aku ikut membagi-bagikan brosur yang dibawa Charlie. Kami pun berpisah setelah makan siang di kantin yang ada disekitaran masjid Raya Batam itu. Charlie berjanji akan datang hari Ahad kerumahku.(imbalo iman sakti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar